Rabu, 28 November 2012

Menguak misteri kematian Yaseer Arafat

Mendiang Presiden Palestina Yasser Arafat (REUTERS/Loay Abu Haykel/Files)
Berita Terkait
Jakarta (ANTARA News) - Selasa kemarin makam Yasser Arafat digali kembali untuk menentukan apakah penyebab kematiannya pada 2004 itu racun Polonium-210.

Tes-tes laboratorium sebelumnya belum lama ini tahun ini juga menunjukkan ada kandungan materi radioaktif berkadar tinggi pada pakaian dan sikat gigi mantan pemimpin Palestina itu. Kendati begitu, belum jelas benar apakah Arafat itu memang dibunuh.

Lantas, akankah tes pada tulang belulang almarhum, delapan tahun setelah kematiannya, akhirnya bisa menguak misteri kematian Arafat?

Mengapa kematian Arafat menyisakan potongan-potongan misteri?
Ketika Arafat meninggal dunia di sebuah rumah sakit militer di Prancis, para dokter tak bisa mengungkapkan penyebab kematiannya.
Catatan medis yang didapatkan New York Times pada 2005 menunjukkan bahwa Arafat meninggal dunia akibat stroke menyusul  pendarahan akut yang disebabkan jenis infeksi aneh.
Kemudian para ilmuwan Swiss yang dipekerjakan jaringan televisi Al Jazeera melakukan uji urine pada pakaian dalam Arafat untuk mengetahui kandungan unsur radioaktif beracun Polonium-210. Dan ternyata memang ditemukan dalam kandungan 180 millibecquerels (mBq). Mereka juga menemukan zat beracun ini sebesar 54 mBq pada sikat gigi Arafat.
Tapi penemuan ini dianggap tidak meyakinkan mengingat barang-barang Arafat itu bisa saja sudah terkontaminasi setelah beliau meninggal.
Tapi, setelah mendengarkan kesaksian Suha, janda Yaser Arafat, Agustus lalu, para jaksa Prancis memutuskan  membuka kembali kasus ini demi mengungkap kemungkinan ada unsur pembunuhan dalam kematian Arafat.

Apa sih Polonium-210 itu, dan apa dampak yang bisa terjadi pada tubuh manusia?
Normalnya, Polonium-210 diciptakan di reaktor-reaktor nuklir. Unsur ini sangat mengandung radioaktif yang jika ditelan sedikit saja akibatnya akan fatal.  Setelah memasuki jaringan darah, unsur itu terutama menyasar hati dan ginjal serta sumsum tulang, kata Patrick Regan yang meneliti fisika radiasi pada Universitas Surrey di Guildford, Inggris.
Mantan agen mata-mata Uni Soviet Alexander Litvinenko, yang meninggal dunia akibat racun Polonium pada 2006, dibawa ke rumah sakit setelah menderita diare dan muntah-muntah yang akut.  Rambutnya kemudian rontok, kulitnya menguning, menunjukkan dia mengalami masalah pada hatinya, sebelum dia akhirnya meninggal.
Arafat juga muntah-muntah dan mengalami gejala-gejala seperti flu sebelum dia dibawa ke rumah sakit.

Mengapa lebih memilih Polonium-210 ketimbang racun lainnya?

Polonium-210 bisa diberikan hambar dalam larutan sitrat, nitrat atau garam lainnya sehingga membuatnya mudah dicampur dengan air tanpa terdeteksi.
Unsur ini juga memancarkan radiasi alfa jarak pendek yang tak bisa dilacak pemindai di bandara sehingga dengan mudah bisa diselundupkan ke luar negeri.

Siapakah yang akan memeriksa rangka jenasah Arafat dan apa yang akan mereka lakukan?

Suha Arafat meminta makam suaminya di moselium Ramallah di Tepi Barat, digali kembali dan Otoritas Palestina menyetujui permintaan ini.
Para ilmuwan Swiss, Prancis dan Rusia bertugas mengambil sampel tulang-tulang Arafat, kata Tawfik Tirawi, kepala tim ilmuwan Swiss-Palestina yang menyelidiki kematian sang pemimpin Palestina, bersama tim investigasi Prancis. Pada hari yang sama ketia digali, kerangka tubuh Arafat ini akan kembali dikuburkan.

Dapatkah para peneliti mendeteksi adanya dosis mematikan setelah semua ini terjadi?
Polonium-210 memiliki waktu paruh 138 hari. Ini berarti unsur radioaktif dari satu sampel menyusut sampai setengahnya selama priode itu.
Arafat meninggal dunia lebih dari delapan tahun silam, atau setara dengan 22 waktu paruh. Itu artinya hanya satu bagian dari 2,5 juta sumber asli yang masih tersisa, kata Regan.
"Sepertinya sangat kecil, tapi jika sebanyak itu sudah cukup membunuhnya, maka itu bisa diukur," kata dia. "Jika jumlahnya signifikan maka akan sungguh meyakinkan lagi."

Dari manakah "si kemungkinan pembunuh" Arafat mendapatkan Polonium-210?
Sumber utamanya adalah dari salah satu fasilitas nuklir khusus Rusia yang dinamai reaktor nuklir fusi dingin bismut. Namun menjejak asal Polonium-210 pada tulang tubuh Arafat sangatlah sulit, kata Regan. Tapi di situlah penelitian berakhir, dan sebaliknya dari situlah kerja polisi diawali.

Jika ternyata pada tulang Arafat ditemukan zat radioaktif, apakah itu berarti Arafat dibunuh?
Jika para penyelidik mendapatkan kadar Polonium-210 serupa seperti ditemukan pada pakaian Arafat, maka racun adalah penyebab kematian Arafat.
"Jika Arafat masuk kontak dengan Polonium, maka kemungkinannya ada upaya meracun (Arafat)," kata Roger Jewsbury, pakar kimia pada Universitas Huddersfield, Inggris.
Di sisi lain, kadar lebih rendah Polonium-210 ada di alam, sehingga keberadaan zat radioaktif sesuai takaran normal pada tubuh Arafat sepertinya akan mengesampikan kemungkinan adanya perbuatan keji pada Arafat.
Hasil-hasil pengujian bisa lebih jauh dikuatkan dengan mencari sumber radiasi alam terpapar seperti timbal-210, timbal-214 atau bismut-214 yang adalah bagian dari rantai luruh alami Polonium-214, dan ini semua tidak akan ada dalam tubuh Arafat jika pemimpin Palestina ini diracun.
Tirawi tidak menjelaskan kapan hasil uji zat radioaktif ini diumumkan. Dia hanya menyebutkan penelitian ini mungkin akan memakan waktu berbulan-bulan.

Sumber: New Scientist

Editor: Jafar M Sidik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar